Sabtu, 10 Agustus 2013

MAKALAH RISET PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN KOTAWARINGIN



BAB I
PENDAHULUAN


1.1. Latar Belakang

Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah tercapainya tingkat pertumbuhan
ekonomi yang cukup tinggi dan berkesinambungan. Untuk mencapai tingkat pertumbuhan
dengan struktur ekonomi yang diharapkan, maka pembangunan perlu direncanakan dengan
baik dan hasil pembangunan harus terus diamati. Perencanaan pembangunan dan pengamatan terhadap hasil-hasilnya akan dapat dilakukan dengan lebih baik dan terarah apabila dilandaskan pada data statistik yang baik dan cermat.

Dalam kaitan ini statistik Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten
Kotawaringin perlu disusun karena merupakan salah satu alat yang cukup handal untuk
perencanaan dan evaluasi hasil pembangunan secara makro. Dengan tersedianya data PDRB dari tahun ke tahun, para pembuat kebijaksanaan ekonomi di Kabupaten Kotawaringin akan mampu menentukan sasaran pembangunan yang tepat pada kurun waktu tertentu.

Tabel 1
Tren PDRB Kabupaten Kotawaringin
2006-2010

1
2
3
4
TAHUN
PDRB adh berlaku (Juta Rupiah)
PDRB adh konstan (Juta Rupiah)
Data Inflasi
(%)
2006
4.552.879,55
2.325.612,20
7,75
2007
5.110.767,47
2.471.355,87
7,57
2008
5.944.500,75
2.633.483,31
8,89
2009
6.723.984,49
2.800.103,72
2,85
2010
7.847.019,63
2.990.895,21
9,53



1.2. Rumusan Masalah

Dalam perencanaan ekonomi suatu wilayah pada umumnya kita dihadapkan pada
empat hal pokok yaitu :
1.      Bagaimana pengaruh PDRB atas dasar harga berlaku dengan PDRB per kapita.
2.      Bagaimana pengaruh jumlah penduduk pertengahan tahun dengan PDRB per kapita.
3.      Bagaimana pengaruh PDRB atas dasar harga berlaku dan jumlah penduduk pertengahan tahun terhadap PDRB per kapita.
4.      Diantara PDRB ADH berlaku dan jumlah penduduk pertengahan tahun, mana yang paling berpengaruh dengan PDRB per kapita.

1.3. Tujuan

Produk Domestik Regional Bruto yang disajikan dengan harga berlaku akan bisa
menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi di daerah itu, dan apabila ini dibagi dengan
jumlah penduduk akan mencerminkan tingkat perkembangan produk perkapita. Jika PDRB
dibagi dengan jumlah penduduk akan mencerminkan tingkat perkembangan pendapatan
perkapita yang dapat digunakan sebagai indikator untuk membandingkan tingkat kemakmuran materiil suatu daerah terhadap daerah lain.

Penyajian dalam bentuk neraca Regional akan dapat digambarkan bagaimana barang dan jasa itu diproduksi, dikonsumsi, diinvestasikan maupun diekspor, dan bagaimana sumbersumber pembiayaan terhadap konsumsi, investasi maupun ekspor/impor. Dari sekedar uraian diatas dapat disimpulkan, bahwa angka-angka yang disajikan oleh PDRB dapat menggambarkan kondisi ekonomi yang terjadi, baik mengenai struktur ekonomi dimasa lalu, keadaan yang sedang berjalan maupun kemungkinan-kemungkinan dimasa yang akan datang.

1.4. Hasil yang Diharapkan

Permasalahan tersebut tentu saja tidak mudah dijawab. Akan tetapi dengan adanya data
statistik PDRB barangkali kita agak terbantu dalam melakukan perencanaan maupun evaluasi pembangunan ekonomi, sebab paling tidak dengan data PDRB kita dapat memperoleh gambaran mengenai :
1.      Tingkat kemakmuran suatu daerah melalui besarnya pendapatan per kapita.
2.      Potensi suatu daerah dengan melihat struktur perekonomian yang ada.
3.      Pembangunan ekonomi dapat meningkatkan pendapatan masyarakat secara mantap.
4.      mengusahakan agar pendapatan tersebut dapat terdistribusdikan secara adil di antara warga masyarakat.



























BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Metode Pengambilan Sampel
            Metode penarikan contoh (sampel) yang digunakan dalam survei ini adalah Purposive Sampling, dengan terlebih dahulu menentukan jumlah perusahaan pada masing-masing sektor kegiatan ekonomi. Salah satu keuntungan penggunaan metode Purposive Sampling ini adalah dapat dilakukan pemilihan responden yang didasarkan atas prioritas usaha yang cukup dominan dalam menyumbangkan nilai tambah (Value Added) terhadap perekonomian regional Kabupaten Cianjur, sehingga relatif dapat lebih menggambarkan kondisi yang sesungguhnya.
Asumsi dasar yang dipakai dalam Purposive Sampling ini adalah setiap karakteristik dari elemen sampel mempunyai sifat homogenitas, hal ini karena dikelompokkan berdasarkan sektor/kegiatan usaha dan skala usaha sehingga setiap sektor usaha tersebut mempunyai ciri-ciri khusus.

Sumber : BPS Kab.  Cianjur

2. 2. PDRB dalam Siklus Kegiatan Ekonomi

            Kegiatan ekonomi secara garis besarnya dapat dikelompokkan kedalam kegiatan
memproduksi dan kegiatan mengkonsumsi barang dan jasa. Unit-unit produksi memproduksi
barang dan jasa, dan dari kegiatan memproduksi ini timbul pendapatan yang diterima oleh
faktor-faktor produksi yang telah dimiliki oleh berbagai golongan dalam masyarakat,
sehingga dari pendapatan ini masyarakat akan membeli barang dan jasa baik untuk keperluan
konsumsi maupun investasi.

            Dengan demikian, maka nilai produk akhir dari barang dan jasa yang diproduksi
(product) akan sama dengan pendapatan yang diterima oleh golongan-golongan dalam
masyarakat (income), dan akan sama pula dengan jumlah pengeluaran oleh berbagai golongan
dalam masyarakat (expenditure).

            Karena itu maka Regional Product (Produk Regional), Regional Income (Pendapatan
Regional), dan Regional Expenditure (Pengeluaran Regional), sebenarnya sama. Hanya cara melihatnya saja yang berbeda :

1.      Kalau ditinjau dari segi produksi, Produk Regional adalah merupakan jumlah nilai produk akhir atau nilai tambah dari barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi yang dimiliki oleh penduduk wilayah itu dalam jangka waktu tertentu.
2.       Atau kalau ditinjau dari segi pendapatan, Pendapatan Regional adalah merupakan jumlah pendapatan atau balas jasa yang diterima oleh faktor poroduksi yang dimiliki oleh penduduk wilayah itu yang ikut serta dalam proses produksi dalam jangka waktu tertentu.
3.      Atau apabila ditinjau dari segi pengeluaran, Pengeluaran Regional adalah merupakan jumlah pengeluaran konsumsi rumahtangga dan lembaga swasta yang tidak mencari untung, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap perubahan stok dan ekspor neto suatu daerah dalam jangka waktu tertentu.

Sumber : BPS Kab. Jombang

2. 3. Mengoperasikan Data
            Angka-angka yang akan diambil, contohnya seperti PDRB yang sedang kita bahas ini ke dalam aplikasi SPSS dengan menentukan terlebih dahulu X1, X2, Y. contoh dari data yang didapat yaitu nilai rapot terhadap jenis kelamin (sex) dan nilai harian 1.
1. Cara menganalisis regresi linier berganda dengan SPSS 17.0
            Analisis regresi digunakan untuk memprediksi pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Analisis regresi juga dapat dilakukan untuk mengetahui kelinieritas variabel terikat dengan varibel bebasnya, selain itu juga dapat menunjukkan ada atau tidaknya data yang outlier atau data yang ekstrim.
            Analisis regresi linear berganda terdiri dari satu variabel dependen dan dua atau lebih variabel independen.  Misalnya dalam suatu kegiatan penelitian ingin diketahui apakah variabel X (Sex dan Nilai harian 1) berpengaruh terhadap variabel Y (nilai rapot). Data penelitian adalah sebagai berikut:

Nama
Sex
Nilai harian 1
 Nilai Rapot
IDM01
IDM02
IDM03
IDM04
IDM05
IDM06
IDM07
IDM08
IDM09
IDM10
IDM11
IDM12
IDM13
IDM14
IDM15
1
2
1
1
1
2
2
1
1
2
2
1
1
2
1
50
61
80
76
40
73
86
77
59
56
66
80
72
95
83
68
86
78
80
76
74
70
80
76
85
60
69
89
90
88
Keterangan sex: 1=laki-laki, 2=perempuan
2. Cara membaca Output tersebut adalah, sebagai berikut :

1. Deskriptif statistik
http://idmatgokil.files.wordpress.com/2011/01/01.jpg?w=400&h=142
Dari output tersebut dapat dilihat rata-rata nilai rapot dari 15 siswa adalah 77,93 dengan standar deviasi 8,779 sedangkan rata-rata nilai harian 1 adalah 70,27 dengan standar deviasi 14,786
2. Korelasi
http://idmatgokil.files.wordpress.com/2011/01/02.jpg?w=400&h=217
Dari tabel dapat dilihat bahwa besar hubungan antara variabel nilai rapot dengan sex adalah -0,042 hal ini menunjukan hubungan negatif. Besar hubungan nilai harian 1 dengan nilai rapot adalah 0,238 yang berarti ada hubungan positif, makin besar nilai harian 1 maka makin tinggi pula nilai rapot.
3. Variabel masuk dan keluar
http://idmatgokil.files.wordpress.com/2011/01/03.jpg?w=400&h=169
Dari tabel diatas menunjukan variabel yang dimasukan adalah nilai harian 1 dan sex, sedangkan variabel yang dikeluarkan tidak ada (Variables Removed tidak ada).
4.Model sisaan 
http://idmatgokil.files.wordpress.com/2011/01/071.jpg?w=400&h=123
 Pada tabel diatas angka R Square adalah 0,063 yaitu hasil kuadrat dari koefisien korelasi (0,250 x 0,250 = 0,063). Standar Error of the Estimate adalah 9,181, perhatikan pada analisis deskriptif statitik bahwa standar deviasi nilai rapot adalah 8,779 yang jauh lebih kecil dari dari standar error, oleh karena lebih besar daripada standar deviasi nilai rapot maka model regresi tidak bagus dalam bertindak sebagai predictor nilai rapot.
5. Anova
http://idmatgokil.files.wordpress.com/2011/01/06.jpg?w=400&h=112
Hipotesis:
Ho: B1=B2=0
Ha: ada Bi yang tidak nol
Pengambilan keputusan:
Jika F hitung <= T  tabel atau probabilitas >= 0,05 maka Ho diterima
Jika F hitung > T  tabel atau probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak
Dari tabel diatas dapat dilihat nilai F hitung yaitu 0,401, sedangkan nilai F tabel dapat diperoleh dengan menggunakan tabel F dengan derajat bebas (df) Residual (sisa) yaitu 12 sebagai df penyebut dan df Regression (perlakuan) yaitu 2 sebagai df pembilang dengan tarap siginifikan 0,05, sehingga diperoleh nilai F tabel yaitu 3,89. Karena F hitung (0,401)  <  F tebel (3,89) maka Ho diterima.
Berdasarkan nilai Signifikan, terlihat pada kolom sig yaitu 0,679 itu berarti probabilitas 0,679 lebih dari daripada 0,05 maka Ho diterima.
Kesimpulan:
Tidak ada koefisien yang tidak nol atau koefisien berarti, maka model regresi tidak dapat dipakai untuk memprediksi nilai rapot.
6. Koefisien
http://idmatgokil.files.wordpress.com/2011/01/05.jpg?w=400&h=115
Hipotesis:
Ho: Bi=0
Ha: ada Bi yang tidak nol , i=1 atau 2
Pengambilan keputusan:
Jika T hitung <= T  tabel atau probabilitas >= 0,05 maka Ho diterima
Jika T hitung > T  tabel atau probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak
* Constant: Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa nilai T hitung untuk Constant yaitu  5,360, pada T tabel dengan db 12 dan taraf signifikan 0,05 diperoleh 1,782, karena T hitung > T tabel maka Ho ditolak. sedangkan sig pada tabel B adalah 0,000 yang berarti probabilitas 0,000, karena probabilitas kurang dari 0,05 maka ditolak. Berarti  bermakna dan diramalkan tidak melalui titik (0,0).
** Sex: Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa nilai T hitung untuk Sex yaitu  -0,277, pada T tabel dengan db 12 dan taraf signifikan 0,05 diperoleh 1,782, karena T hitung < T tabel maka Ho diterima. sedangkan sig pada tabel B adalah 0,786 yang berarti probabilitas 0,786, karena probabilitas kurang dari 0,05 maka diterima. artinya B tidak berarti.
*** Harian 1: Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa nilai T hitung untuk Harian 1 yaitu  0,882, pada T tabel dengan db 12 dan taraf signifikan 0,05 diperoleh 1,782, karena T hitung < T tabel maka Ho diterima. sedangkan sig pada tabel B adalah 0,786 yang berarti probabilitas 0,395, karena probabilitas kurang dari 0,05 maka diterima. artinya B tidak berarti
Berdasarkan analisis diatas maka dapat dibuat model regresi dugaannya yaitu:
Y = 69,429
http://idmatgokil.files.wordpress.com/2011/01/07.jpg?w=400&h=113
Dari tabel diatas merupakan ringkasan yang meliputi nilai minimum dan maksimum, mean dan standar deviasi dari predicted value (nilai yang diprediksi) dan statistic residu.
7. Kelinieran
http://idmatgokil.files.wordpress.com/2011/01/output0.jpg?w=400&h=320
Jika residual berasal dari distribusi normal, maka nilai-nilai sebaran data akan terletak sekitar garis lurus, terlihat bahwa sebaran data pada gambar diatas tersebar hampir semua tidak pada sumbu normal, maka dapat dikatakan bahwa pernyataan normalitas tidak dapat dipenuhi.
Sumber : http://idmatgokil.wordpress.com/2011/01/09/cara-menganalisis-regresi-linier-berganda-dengan-spss-17-0/


2. 4. Penutup
            PDRB kita atas dasar berlaku saat ini telah mencapai Rp 14,1 Triyun. Artinya, dibanding tahun sebelumnya telah tumbuh 6,12 %, dengan inflasi ( harga produsen ) sebesar 5,83 %. Capaian ini sebenarnya merupakan kebangkitan jika dibandingkan tahun sebelumnya yang mencatat laju pertumbuhan sebesar 5,28%, dengan inflasi sebesar 5,21 %. Tetapi kita patut bersyukur bahwa angka-angka ini menunjukkan bahwa perekonomian kita cukup tahan goncangan.

            Tentu, kita tak boleh puas diri, masih banyak yang harus dibenahi, terutama kemiskinan dan pengangguran. Hal itu juga berarti tuntutan untuk lebih kreatif, dan tuntutan untuk memberdayakan generasi muda di lini-lini produksi yang strategis, agar produk-produk kita mampu bersaing terus menerus.

Sumber : BPS Kab. Cianjur


















BAB III
POTRET PERKEMBANGAN
 KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR


3.1. Geografis

GAMBAR 1
Peta Kabupaten Kotawaringin Timur
Di Pulau Kalimantan

Kabupaten Kotawaringin Timur adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang ada di Provinsi di Kalimantan Tengah. Kabupaten ini berIbukota di Sampit. Luas wilayah kabupaten ini adalah 16.496 km atau 10,74% dari keseluruhan luas Provinsi Kalimantan Tengah yang terdiri dari 15 kecamatan, 153 desa/17 kelurahan.

Kabupaten ini terletak di antara terletak di antara 111°0’50” - 113°0’46” BT dan 0°23’14”- 3°32’54” LS, dengan batas-batas wilayah : Sebelah utara berbatasan dengan Provinsi Kalimantan Barat, sebelah selatan adalah Laut Jawa, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Seruyan, dan sebelah timur adalah Kabupaten Katingan.

3.2. Pemerintahan
Menurut laporan Radermacher, kepala daerah Sampit (Kotawaringin Timur) pada tahun 1780 adalah Kyai Ingabei Sudi Ratu. Pada tanggal 13 Agustus 1787, wilayah Sampit (Kabupaten Kotawaringin Timur) sudah diserahkan Sultan Tahmidullah II kepada VOC Belanda, kemudian daerah ini berkembang menjadi sebuah Distrik yaitu Distrik Sampit. Penguasa selanjutnya adalah Kiai ngabei Djaija Kesuma (1834), Djoeragan Brahim (1847), Kiai Oeda Mengala, dan Haji Abdol Rachman (1850), Tiedke - penguasa Eropa (1859). Menurut Staatsblad van Nederlandisch Indië tahun 1849, wilayah ini termasuk dalam zuid-ooster-afdeeling berdasarkan Bêsluit van den Minister van Staat, Gouverneur-Generaal van Nederlandsch-Indie, pada 27 Agustus 1849, No. 8 Pada tanggal 1 Mei 1859 pembukaan pelabuhan di Sampit. Pada 12 Agustus 1862, status pemerintahan sipil diberlakukan untuk daerah Sampit.
            Saat ini Kabupaten Kotawaringin Timur mempunyai 17 kecamatan, yaitu:
  1. Teluk Sampit (pemekaran dari kecamatan Mentaya Hilir Selatan)
  2. Bukit Santuei (pemekaran dari kecamatan Mentaya Hulu)
  3. Telawang (pemekaran dari kecamatan Kota Besi)
  4. Mentaya Hilir Selatan
  5. Mentaya Hilir Utara
  6. Pulau Hanaut
  7. Mentawa Baru Ketapang
  8. Baamang
  9. Seranau
  10. Kota Besi
  11. Cempaga
  12. Cempaga Hulu
  13. Parenggean
  14. Mentaya Hulu
  15. Antang Kalang
  16. Telaga Antang (pemekaran dari kecamatan Antang Kalang)
  17. Tualan Hulu (pemekaran dari kecamatan Parenggean)

3.3. Topografi
Wilayah Kabupaten Kotawaringin Timur memiliki topografi yang bervariasi, pada ketinggian antara 0-60 meter di atas permukaan laut. Sebagian besar merupakan dataran rendah yang meliputi bagian selatan sampai bagian tengah memanjang dari timur ke barat, sedangkan bagian utara merupakan dataran tinggi yang berbukit. Jenis tanah yang mendominasi wilayah ini adalah tanah jenis podsolik merah kuning, walaupun ada beberapa bagian juga ditemui jenis tanah lainnya seperti aluvial, organosol, litosol dan lain-lain.
3.4. Iklim
Iklim merupakan salah satu pendukung dalam keberhasilan produksi, unsur-unsur iklim tersebut antara lain curah hujan, suhu dan kelembaban. Suhu rata-rata bulanan di Kabupaten Kotawaringin Timur diperkirakan berkisar antara 27 °C – 35 °C. Curah hujan per bulan di Sampit pada tahun (2007) berkisar antara 12 mm (bulan September) hingga 790 mm (April). Bulan-bulan kering di Sampit berkisar antara Juni hingga Oktober.

3.5. Hidrologi
Kabupaten Kotawaringin Timur dialiri oleh satu sungai besar dan lima buah cabang sungai yang selama ini hanya dimanfaatkan sebagai prasarana perhubungan dan sebagian kecil untuk pertanian.
            Sungai besar yang terdapat di Kotawaringin Timur yang panjang dan dapat dilayari adalah sebagai berikut :
Tabel 2
Data Sungai
Di Kabupaten Kotawaringin

No
Nama sungai
Panjang
(Km)
Dapat dilayari
(Km)
Kedalaman
rata2 (m)
Lebar rata2
(m)
1.
Mentaya
400
270
6
400
2.
Cempaga
42



3.
Sampit
46



4.
Tualan
48



5.
Kuayan
18



6.
Kalang
21



7.
Seranau
20
















3.6. Penduduk
      Pada 2010 data penduduk Kabupaten Kotawaringin Timur ± 373.842 jiwa, terdiri dari :
·         Laki-laki = 197.213 jiwa.
·         Perempuan = 176.629 jiwa.
Adapun jumlah penduduk per kecamatan di Kabupaten Kotawaringin Timur adalah:



Tabel 3
Data Kecamatan
Kabupaten Kotawaringin

No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
Kecamatan
Jumlah Penduduk (2010)
Teluk Sampit
8.929
Mentaya Hilir Selatan
20.803
Mentaya Hilir Utara
15.774
Pulau Hanaut
15.442
Mentawa Baru Ketapang
76.616
Baamang
51.430
Seranau
9.582
Kota Besi
15.011
Cempaga
19.119
Cempaga Hulu
22.725
Parenggean
35.706
Mentaya Hulu
28.554
Antang Kalang
28.753
Bukit Santuai
8.040
Telawang
16.863
Jumlah:
373.842

Catatan: Tidak termasuk kecamatan Telaga Antang dan Tualan Hulu

3.7. Pendidikan
Penduduk laki-laki di Kalimantan Tengah seperti di derah lain memiliki kemampuan baca tulis lebih tinggi di banding dengan perempuannya. Secara umum penduduk di perkotaan Kalimantan Tengah mempunyai kemampuan baca tulis yang lebih baik dibandingkan penduduk perdesaan, seperti di Kabupaten Kotawaringin Timur.

Peningkatan penduduk yang bersekolah selama tahun 2009-2011 merupakan keberhasilan dalam upaya memperluas pelayanan pendidikan. Dari rata-rata lama sekolah terlihat bahwa pelaksanaan program wajib belajar 9 tahun yang dicanangkan pemerintah baru berjalan sekitar 8 tahun.

Pada jenjang pendidikan SD/MI di Provinsi Kalimantan Tengah untuk tahun ajaran 2011/2012 seorang guru rata - rata mengajar 12 murid. Untuk jenjang pendidikan SLTP/MTs rata-rata seorang guru mengajar 11 murid dan jenjang SLTA/MA beban seorang guru hanya mengajar 15 murid. Kemampuan daya tampung sekolah tingkat SD/MI di Kalimantan Tengah mencapai 119 murid, SLTP/MTs 141 murid dan SLTA/MA 287 murid.

3.8. Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, ditargetkan mencapai 6 hingga 7 persen pada 2010, yang akan dicapai dengan menyiapkan lima strategi. "Pemkab Kotim menyiapkan lima strategi untuk mencapai target tersebut, yang meliputi percepatan pembangunan infrastruktur, peningkatan investasi, pemantapan bidang pertanian, perkebunan dan perikanan, peningkatan kualitas pendidikan dan pelayanan kesehatan serta yang terakhir adalah peningkatan kinerja di lingkungan pemerintahan," kata Sekretaris Daerah Kotawaringin Timur HM Fahrudin di Sampit.

Dikatakannya, sebetulnya strategi yang diterapkan Pemkab Kotawaringan Timur tidak jauh berbeda dengan strategi tahun sebelumnya, namun 2010 ada beberapa program yang perlu lebih dimantapkan terutama untuk bidang pendidikan dan kesehatan. Menurut Fahrudin, target pertumbuhan ekonomi Kotawaringin Timur dari tahun ke tahun terus mengalami kenaikan, pada 2009 pertumbuhan ekonomi kabupaten itu sebesar 6,49 persen. Kalau dilihat dari besaran target, katanya, pertumbuhan ekonomi Kotawaringin Timur cukup besar dan menggembirakan sebab pertumbuhan ekonomi secara nasional dipatok sebesar 5 hingga 7 persen. "Kelima strategi itu kami harap dapat berjalan sesuai rencana, sehingga target pertumbuhan ekonomi yang telah ditetapkan dapat tercapai dengan baik," katanya.

 Untuk menjalankan strategi yang pertama yakni percepatan pembangunan infrastruktur, ke depan Pemkab tidak akan memfokuskan pembangunan infrastruktur di wilayah perkotaan tapi juga ke daerah pelosok. "Dengan terbangunnya akses jalan dari desa ke desa dan ke kota diharapkan membuka isolasi daerah pelosok sehingga dapat berdampak pada peningkatan perekonomian wilayah pedesaan," terangnya.

Stategi kedua peningkatan investasi adalah Pemkab akan membuka kesempatan kerja dan meningkatkan ekspor bahan-bahan unggulan. Selama ini nilai investasi Kotawaringin Timur terus mengalami peningkatan. Investasi di Kotawaringin Timur belum dapat dimaksimalkan sebab masih terkendala belum disahkannya rencana tata ruang wilayah provinsi (RTRWP) Kalteng, padahal pengesahan RTRWP Kalteng menjadi rujukan dalam pengembangan investasi di daerah itu."Tertundanya pengesahan RTRWP Kalteng juga berdampak pada pengesahan rencana tata ruang wilayah kabupaten (RTRWK) Kotawaringin Timur," kata Fahrudin.

Lebih lanjut Fahrudin mengatakan, strategi ketiga adalah pemantapan bidang pertanian, perkebunan dan perikanan, khusus untuk bidang pertanian dan perkebunan akan mendapatkan kucuran dana dari pemerintah pusat sebesar Rp10 miliar pada 2010.

Penerapan strategi ke empat yakni peningkatan kualitas pendidikan dan pelayanan kesehatan sedikit mengalami hambatan karena bidang pendidikan dan kesehatan untuk 2010 tidak lagi mendapat kucuran dana dari pemerintah pusat. Meski demikian Pemkab tetap berusaha semaksimal mungkin agar program di kedua bidang ini dapat berjalan.

Strategi kelima adalah Pemkab lebih meningkatkan kinerja para penyelenggara pemerintahan melalui pelatihan dan bimbingan teknis.

3.9. Data Inflasi 2010


            Indeks Harga Konsumen dan Laju Inflasi di Sampit Tahun 2010 [2007=100]

Tabel 4
IHK  terhadap Inflasi
Kabupaten Kotawaringin
Bulan
Indeks Harga Konsumen
Laju Inflasi
1. Januari
116,20
0,41
2. Februari
117,32
0,96
3. Maret
117,60
0,24
4. April
117,38
-0,19
5. Mei
118,86
1,26
6. Juni
119,98
0,94
7. Juli
121,90
1,60
8. Agustus
122,37
0,39
9. September
123,16
0,65
10. Oktober
124,40
1,01
11. November
125,25
0,68
12. Desember
126,75
1,20
Tahun 2010
9,53

BAB IV
PENGUMPULAN DATA DAN HASIL PENGOLAHAN DATA


A.    Pengumpulan Data

4. A.1. Variabel Penelitian

Y         : Produk Domestik Regional Bruto Perkapita (rupiah)
X­­1          : Produk Domestik Regional Bruto ADH Berlaku (juta rupiah)
X2          : Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun (jiwa)

4. A. 2. Data Penelitian

Tabel 5

Laju Pertumbuhan Beberapa Agregat Pendapatan

Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha

2006-2010


U R A I A N
ATAS DASAR HARGA BERLAKU
2006
2007
2008
2009*)
2010**)
1. Produk Domestik Regional Bruto ADH Berlaku (Juta Rupiah) (x­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­1)
4.552.879,55
5.110.767,47
5.944.500,75
6.723.984,49
7.847.019,63
2. Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun (Jiwa)(x2)
344.040
351.626
359.288
367.023
374.175






3. Produk Domestik Regional Bruto Perkapita (Juta Rupiah)(y)
13.233.576,18
14.534.668,84
16.545.224,86
18.320.335,48
20.971.523,03






Sumber : BPS Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah


4. A. 3. Analisis Data

A.    Analisis Regresi Linier Ganda

Analisis regresi linier berganda adalah hubungan secara linear antara dua atau lebih variabel independen (X1, X2,….Xn) dengan variabel dependen (Y). Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen apakah masing-masing variabel independen berhubungan positif atau negatif dan untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel independen mengalami kenaikan atau penurunan. Data yang digunakan biasanya berskala interval atau rasio.
           
            Persamaan regresi linear berganda sebagai berikut:                       
                        Y’ = a + b1X1+ b2X2+…..+ bnXn
­
Keterangan:
Y’                 =   Variabel dependen (nilai yang diprediksikan)
X1 dan X2     =   Variabel independen
a                   =   Konstanta (nilai Y’ apabila X1, X2…..Xn = 0)
b                            b                   =   Koefisien regresi (nilai peningkatan ataupun penurunan)

                              Tabel 6
                              Hasil Analisis Regresi Linear Berganda
                                        Coefficientsa

Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t
Sig.
B
Std. Error
Beta
1
(Constant)
2205029.779
3196786.701

.690
.562
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ADH BERLAKU
2.338
.096
.996
24.295
.002
JUMLAH PENDUDUK PERTENGAHAN TAHUN
1.123
10.501
.004
.107
.925





Tabel 7
Casewise Diagnosticsa
Case Number
Std. Residual
PDRB PER KAPITA
Predicted Value
Residual
1
-.097
13233576
13236624.98
-3048.803
2
-.472
14534669
14549576.50
-14907.656
3
1.193
16545225
16507586.27
37638.589
4
-.586
18320335
18338833.42
-18497.941
5
-.038
20971523
20972707.22
-1184.190
a. Dependent Variable: PDRB PER KAPITA

Persamaan regresinya sebagai berikut:

Y’ = a + b1X1+ b2X2
Y’ =  2205029,779 + 2,338X1 + 1,123X2

Keterangan:
Y’           = PDRB per kapita (rupiah)
a              = konstanta
b1,b2        = koefisien regresi
X1           = PDRB ADH berlaku (juta rupiah)
X2           = Jumlah penduduk pertengahan tahun (jiwa)

Persamaan regresi di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :  

-  Konstanta sebesar 2205029,779; artinya jika PDRB ADH berlaku (X1) dan jumlah penduduk pertengahan tahun (X2) nilainya adalah 0, maka PDRB per kapita (Y’) nilainya adalah Rp 2205029,779.

-  Koefisien regresi variabel PDRB ADH berlaku (X1) sebesar 2,338; artinya jika variabel independen lain nilainya tetap dan PDRB ADH berlaku mengalami kenaikan 1%, maka PDRB per kapita (Y’) akan mengalami kenaikan sebesar Rp 2, 338. Koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara PDRB ADH berlaku dengan PDRB per kapita, semakin naik PDRB ADH berlaku maka semakin meningkat PDRB per kapita.

-  Koefisien regresi variabel jumlah penduduk pertengahan tahun (X2) sebesar 1,123; artinya jika variabel independen lain nilainya tetap dan jumlah penduduk mengalami kenaikan 1%, maka PDRB per kapita (Y’) akan mengalami peningkatan sebesar Rp 1,123. Koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara jumlah penduduk pertengahan tahun dengan PDRB per kapita, semakin naik jumlah penduduk pertengahan tahun maka semakin meningkat PDRB per kapita.

Nilai PDRB per kapita (Y’) dapat dilihat pada tabel Casewise Diagnostics (kolom Predicted Value). Sedangkan Residual (unstandardized residual) adalah selisih antara nilai PDRB per kapita dengan Predicted Value, dan Std. Residual (standardized residual) adalah nilai residual yang telah terstandarisasi (nilai semakin mendekati 0 maka model regresi semakin baik dalam melakukan prediksi, sebaliknya semakin menjauhi 0 atau lebih dari 1 atau -1 maka semakin tidak baik model regresi dalam melakukan prediksi).


Gambar 2
Grafik Standard Residual

B. Analisis Korelasi Ganda (R)

Analisis ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua atau lebih variabel independen (X1, X2,…Xn) terhadap variabel dependen (Y) secara serentak. Koefisien ini menunjukkan seberapa besar hubungan yang terjadi antara variabel independen (X1, X2,……Xn) secara serentak terhadap variabel dependen (Y). nilai R berkisar antara 0 sampai 1, nilai semakin mendekati 1 berarti hubungan yang terjadi semakin kuat, sebaliknya nilai semakin mendekati 0 maka hubungan yang terjadi semakin lemah.

Menurut Sugiyono (2007) pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi sebagai berikut:
0,00     -   0,199     = sangat rendah
0,20     -   0,399     = rendah
0,40     -   0,599     = sedang
0,60     -   0,799     = kuat
0,80     -   1,000     = sangat kuat

Dari hasil analisis regresi, lihat pada output moddel summary dan disajikan sebagai berikut:

Tabel 8
Hasil Analisis Korelasi Ganda
Model Summaryb
Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1
1.000a
1.000
1.000
31557.66896
3.190
a. Predictors: (Constant), JUMLAH PENDUDUK PERTENGAHAN TAHUN, PDRB ADH BERLAKU

Berdasarkan tabel di atas diperoleh angka R sebesar 1. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang sangat kuat antara PDRB ADH berlaku dan jumlah penduduk pertengahan tahun terhadap PDRB per kapita.

C. Analisis Determinasi (R2)

Analisis determinasi dalam regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui prosentase sumbangan pengaruh variabel independen (X1, X2,……Xn) secara serentak terhadap variabel dependen (Y). Koefisien ini menunjukkan seberapa besar prosentase variasi variabel independen yang digunakan dalam model mampu menjelaskan variasi variabel dependen. R2 sama dengan 0, maka tidak ada sedikitpun prosentase sumbangan pengaruh yang diberikan variabel independen terhadap variabel dependen, atau variasi variabel independen yang digunakan dalam model tidak menjelaskan sedikitpun variasi variabel dependen. Sebaliknya R2 sama dengan 1, maka prosentase sumbangan pengaruh yang diberikan variabel independen terhadap variabel dependen adalah sempurna, atau variasi variabel independen yang digunakan dalam model menjelaskan 100% variasi variabel dependen.

      Dari hasil analisis regresi, lihat pada output moddel summary dan disajikan sebagai berikut :

Tabel 9
Hasil Analisis Determinasi
Model Summaryb
Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1
1.000a
1.000
1.000
31557.66896
3.190
a. Predictors: (Constant), JUMLAH PENDUDUK PERTENGAHAN TAHUN, PDRB ADH BERLAKU

Berdasarkan tabel di atas diperoleh angka R2 (R Square) sebesar 1 atau (100%). Hal ini menunjukkan bahwa prosentase sumbangan pengaruh variabel independen (PDRB ADH berlaku dan jumlah penduduk pertengahan tahun) terhadap variabel dependen (PDRB per kapita) sebesar 100%. Atau variasi variabel independen yang digunakan dalam model (PDRB ADH berlaku dan jumlah penduduk pertengahan tahun) mampu menjelaskan sebesar 100% variasi variabel dependen (PDRB per kapita).

Adjusted R Square adalah nilai R Square yang telah disesuaikan, nilai ini selalu lebih kecil dari R Square dan angka ini bisa memiliki harga negatif. Menurut Santoso (2001) bahwa untuk regresi dengan lebih dari dua variabel bebas digunakan Adjusted R2 sebagai koefisien determinasi. Jadi nilai R Square diabaikan dalam hal ini.

Standard Error of the Estimate adalah suatu ukuran banyaknya kesalahan model regresi dalam memprediksikan nilai Y. Dari hasil regresi di dapat nilai 31557,66896 atau Rp.31557,66896 (satuan nilai PDRB per kapita), hal ini berarti banyaknya kesalahan dalam prediksi nilai PDRB per kapita sebesar Rp.31557,66896. Sebagai pedoman jika Standard error of the estimate kurang dari standar deviasi Y, maka model regresi semakin baik dalam memprediksi nilai Y.







B.     Hasil Pengelolaan Data

4. B. 1. Regression (Regresi)

a)      Uji Koefisien Regresi Secara Bersama-sama (Uji F)

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen (X1,X2….Xn) secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen (Y). Atau untuk mengetahui apakah model regresi dapat digunakan untuk memprediksi variabel dependen atau tidak. Signifikan berarti hubungan yang terjadi dapat berlaku untuk populasi (dapat digeneralisasikan).

Dari hasil output analisis regresi dapat diketahui nilai F seperti pada tabel 2 berikut ini:
Tabel 10
Hasil Uji F

ANOVAa


Model
Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.

1
Regression
37595893952970.670
2
18797946976485.336
18875.592
.000b

Residual
1991772940.918
2
995886470.459



Total
37597885725911.586
4




a. Dependent Variable: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PER KAPITA

b. Predictors: (Constant), JUMLAH PENDUDUK PERTENGAHAN TAHUN, PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ADH BERLAKU










Tahap-tahap untuk melakukan uji F adalah sebagai berikut :

1.      Merumuskan Hipotesis

Ho :  Tidak ada pengaruh secara signifikan antara PDRB ADH berlaku dan jumlah penduduk pertengahan tahun secara bersama-sama terhadap PDRB per kapita.
Ha :  Ada pengaruh secara signifikan antara PDRB ADH berlaku dan jumlah penduduk pertengahan tahun secara bersama-sama terhadap PDRB per kapita.
.
2.      Menentukan tingkat signifikansi

Tingkat signifikansi menggunakan a = 5% (signifikansi 5% atau 0,05 adalah ukuran standar yang sering digunakan dalam penelitian)
     
3.      Menentukan F hitung

Berdasarkan tabel  diperoleh F hitung sebesar 18875,592
4.      Menentukan F tabel

Dengan menggunakan tingkat keyakinan 95%, a = 5%, df 1 (jumlah variabel–1)  = 2, dan df 2 (n-k-1) atau 5-2-1 = 2 (n adalah jumlah kasus dan k adalah jumlah variabel independen), hasil diperoleh untuk F tabel sebesar 19 (Lihat pada lampiran) atau dapat dicari di Ms Excel dengan cara pada cell kosong ketik =finv(0.05,2,2) lalu enter.

5.      Kriteria pengujian

- Ho diterima bila F hitung < F tabel
- Ho ditolak bila F hitung > F tabel

6.      Membandingkan F hitung dengan F tabel.

Nilai F hitung > F tabel (18875,592 > 19), maka Ho ditolak.

7.      Kesimpulan

Karena F hitung > F tabel (18875,592 > 19), maka Ho ditolak, artinya ada pengaruh secara signifikan antara  PDRB ADH berlaku dan jumlah penduduk pertengahan tahun secara bersama-sama terhadap PDRB per kapita. Jadi dari kasus ini dapat disimpulkan bahwa PDRB ADH berlaku dan jumlah penduduk pertengahan tahun secara bersama-sama berpengaruh terhadap PDRB per kapita di kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah.

b)     Uji Koefisien Regresi Secara Parsial (Uji t)

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi variabel independen (X1, X2,…..Xn) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (Y).

Dari hasil analisis regresi output dapat disajikan sebagai berikut :

Tabel 11
Hasil Uji t
Coefficientsa

Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t
Sig.
B
Std. Error
Beta
1
(Constant)
2205029.779
3196786.701

.690
.562
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ADH BERLAKU
2.338
.096
.996
24.295
.002
JUMLAH PENDUDUK PERTENGAHAN TAHUN
1.123
10.501
.004
.107
.925


Langkah-langkah pengujian sebagai berikut:

Pengujian koefisien regresi variabel PDRB ADH berlaku

a.       Menentukan Hipotesis
         Ho        : Secara parsial tidak ada pengaruh signifikan antara PDRB ADH berlaku dengan PDRB per kapita.
         Ha        : Secara parsial ada pengaruh signifikan antara PDRB ADH berlaku dengan PDRB per kapita.

b.      Menentukan tingkat signifikansi
Tingkat signifikansi menggunakan a = 5%

c.       Menentukan t hitung
Berdasarkan tabel  diperoleh t hitung sebesar 24,295

d.      Menentukan t tabel
Tabel distribusi t dicari pada a = 5% : 2 = 2,5% (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan (df) n-k-1 atau  5-2-1 = 2 (n adalah jumlah kasus dan k adalah jumlah variabel independen). Dengan pengujian 2 sisi (signifikansi  = 0,025) hasil diperoleh untuk t tabel sebesar 4,302653 (Lihat pada lampiran) atau dapat dicari di Ms Excel dengan cara pada cell kosong ketik =tinv(0.05,2) lalu enter.

e.       Kriteria Pengujian
Ho diterima jika t hitung < t table
Ho ditolak jika t hitung > t table

f.       Membandingkan t hitung dengan t tabel
Nilai t hitung > t tabel (24,295 > 4,302653) maka Ho ditolak.

g.      Kesimpulan
Oleh karena nilai t hitung > t tabel (24,295 > 4,302653) maka Ho ditolak, artinya secara parsial ada pengaruh signifikan antara PDRB ADH berlaku dengan PDRB per kapita. Jadi dari kasus ini dapat disimpulkan bahwa secara parsial PDRB ADH berlaku  berpengaruh terhadap PDRB per kapita.

Pengujian koefisien regresi variabel Jumlah penduduk

1.      Menentukan Hipotesis
Ho : Secara parsial tidak ada pengaruh signifikan antara jumlah penduduk        pertengahan tahun dengan PDRB per kapita.
Ha : Secara parsial ada pengaruh signifikan antara jumlah penduduk pertengahan         tahun dengan PDRB per kapita.

2.      Menentukan tingkat signifikansi
Tingkat signifikansi menggunakan a = 5%.

3.      Menentukan t hitung
Berdasarkan tabel  diperoleh t hitung sebesar 0,107.

4.      Menentukan t table
Tabel distribusi t dicari pada a = 5% : 2 = 2,5% (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan (df) n-k-1 atau  5-2-1 = 2 (n adalah jumlah kasus dan k adalah jumlah variabel independen). Dengan pengujian 2 sisi (signifikansi = 0,025) hasil diperoleh untuk t tabel sebesar 4,302653.

5.      Kriteria Pengujian
Ho diterima jika t hitung < t table
Ho ditolak jika t hitung > t table
6.      Membandingkan t hitung dengan t tabel
Nilai t hitung < t tabel (0,107 < 4,302653 ) maka Ho diterima

7.      Kesimpulan
Oleh karena nilai t hitung < t tabel (0,107 < 4,302653) maka Ho diterima, artinya secara parsial tidak ada pengaruh signifikan antara jumlah penduduk pertengahan tahun dengan PDRB per kapita. Jadi dari kasus ini dapat disimpulkan bahwa secara parsial jumlah penduduk pertengahan tahun berpengaruh negatif terhadap PDRB per kapita.



5.     Uji Asumsi Klasik

1.      Uji Normalitas
Tabel 12
Descriptive Statistics

N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
Skewness
Kurtosis
Statistic
Statistic
Statistic
Statistic
Statistic
Statistic
Std. Error
Statistic
Std. Error
Unstandardized Residual
5
-18497.94085
37638.58947
0E-7
22314.64172303
1.637
.913
2.957
2.000
Valid N (listwise)
5









                Terlihat bahwa rasio skewnes = 1.637/0,913 = 1,792; sedang rasio kurtosis = 2,957/2,000 = 1,478. Karen rasio skewnes dan rasio kurtosis berada di antara -2 hingga +2, maka dapat disimpulkan bahwa distribusi data adalah normal.

2.      Uji Autokorelasi
Hipotesis yang diuji adalah :
Ho : p = 0 (baca : hipotesis nonya adalah tidak ada autokorelasi)
Ha : p ≠ 0 (baca : hipotesis alternatifnya adalah ada autokorelasi)


Tabel 15
Model Summaryb
Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1
1.000a
1.000
1.000
31557.66896
3.190
a. Predictors: (Constant), JUMLAH PENDUDUK PERTENGAHAN TAHUN, PDRB ADH BERLAKU
b. Dependent Variable: PDRB PER KAPITA

3.      Uji Multikolinieritas

            1. Uji VIF
Tabel 16
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t
Sig.
Collinearity Statistics
B
Std. Error
Beta
Tolerance
VIF
1
(Constant)
2205029.779
3196786.701

.690
.562


PDRB ADH BERLAKU
2.338
.096
.996
24.295
.002
.016
63.405
JUMLAH PENDUDUK PERTENGAHAN TAHUN
1.123
10.501
.004
.107
.925
.016
63.405
a. Dependent Variable: PDRB PER KAPITA

      Dapat dilihat bahwa seluruh variabel penjelas memiliki nilai VIF lebih besar 10 maka dapat disimpulkan bahwa model regresi ini memiliki masalah Multikolinearitas.











      2. Uji Korelasi (Partial Correlations)

Tabel 17
Correlations
Control Variables
PDRB ADH BERLAKU
JUMLAH PENDUDUK PERTENGAHAN TAHUN
PDRB PER KAPITA
PDRB ADH BERLAKU
Correlation
1.000
-.018
Significance (2-tailed)
.
.982
df
0
2
JUMLAH PENDUDUK PERTENGAHAN TAHUN
Correlation
-.018
1.000
Significance (2-tailed)
.982
.
df
2
0

            Dari seluruh significance (2-tailed) di atas, dapat disimpulkan kedua variabel penjelas terbebas dari masalah Multikolinearitas, karena nilai significance (2-tailed) lebih besar dari 0,05 (∂= 5%). Apabila nilai significance (2-tailed) lebih kecil dari 0,05 (∂= 5%), maka diindikasi memiliki gejala Multikolinearitas yang serius.

4.      Uji Heteroskedastisitas
Tabel 18
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t
Sig.
B
Std. Error
Beta
1
(Constant)
-1.400E-009
3196786.701

.000
1.000
PDRB ADH BERLAKU
.000
.096
.000
.000
1.000
JUMLAH PENDUDUK PERTENGAHAN TAHUN
.000
10.501
.000
.000
1.000
a. Dependent Variable: abresid

Nilai t-statistik dari seluruh variabel penjelas tidak ada yang signifikan secara statistik, sehingga dapat disimpulkan bahwa model ini tidak mengalami masalah Heteroskedastisitas.






BAB V
KESIMPULAN

·         Pengaruh X1 dan X2  terhadap Y

Coefficientsa
t
Sig.
Constans
.690
.562
PDRB ADH Berlaku
24.295
.002
Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun
.107
.925


Dari penghitungan dan uji asumsi yang telah dilakukan pada data Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga berlaku (X1) dan jumlah penduduk pertengahan tahun (X2) terhadap Produk Domestik Regional Bruto per kapita (Y) di Kabupaten Kotawaringin Timur, didapat variabel (X1 dan X2) yang lebih berpengaruh yaitu Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga berlaku (X1).


















Daftar Pustaka :


1  Situs resmi BPS Kab. Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah
dengan-spss-17-0/
4 http://kotimkab.bps.go.id/index.php?module=&id_kategori=5
7 Situs resmi BPS Kabupaten Cianjur
8 Situs resmi BPS Kabupaten Jombang
9 Situs resmi BPS Kora Medan


Tidak ada komentar:

Posting Komentar